Batik Pati, batik pesisiran
sekilas batik bakaran
Pulau Jawa mempunyai daerah-daerah penghasil batik mulai dari ujung timur sampai ujung barat. Model batiknya tergolong dua jenis yaitu model batik pesisiran dan pedalaman. Adapun yang membedakannya antara batik tulis pesisiran dan pedalaman adalah menurut pola, motif, corak, dan warna. Pati adalah daerah yang berada di Jawa tengah yang sekarang ini masih menghasilkan batik yang tergolong pesisiran ini. Tepatnya daerah yang menghasilkan kerajinan tangan ini adalah desa Bakaran kecamatan Juwana. Sebuah desa yang sudah basis masyarakatnya sebagai perajin. Keberadaan batik ini ternyata sudah lama menurut sejarah mulai sejak zaman Majapahit.
Asal mulanya, menurut cerita yang ada, batik Bakaran dibawa oleh sang punggawa/ abdi dalem keraton pada masa kejayaan Majapahit yang mempunyai keahlian batik. Sang punggawa tersebut adalah nyai Danowati (ada yang menyebut Banoewati), bertugas merawat gedung pusaka. Berbagai motif batik dibuatnya untuk menghiasi di gedung pusaka ini. Seiring keruntuhan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1478 M untuk menyelamatkan dirinya punggawa melarikan diri. Menurut tutur masyarakat pungawa melarikan diri besama dua saudaranya yang semuanya berjumlah 3 orang yakni Ki dalang, Nyai danowati/ Sabirah, dan Ki Truno. Pada akhirnya mereka sampai didaerah Bakaran ini dan bertempat tinggal didesa itu. Sampai didesa ini dia bergaul pada masyarakat sekitar dan menjadi tokoh/ elite yang kala itu disebut nyai ageng. Bersaman dengan ini, Nyai Ageng memberikan ketrampilannya batik kepada masyarakat Bakaran. Sehingga sampai sekarang ini warga Bakaran dan sekitar mempunyai kerajinan ini. Untuk membuat batik ini ada beberapa teknik yang harus dilalui diantaranya yaitu, mola, nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, mbironi, nyogo dan nglorod.